4 research outputs found

    Dampak Pembelajaran Online di Tengah Pandemi Covid-19 Terhadap Proses Pembelajaran Metode Yanbu’a di Kelas 2 MI At-Taqwa Bondowoso

    Get PDF
    The purpose of this study was to identify and obtain information about the impact of the Covid-19 pandemic on the learning process of the Koran using the Yanbu'a DI method in grade 2 at MI At-Taqwa Bondowoso. The research used an exploratory case study method and the research approach used a qualitative case study method which was used to obtain information on the constraints and consequences of the COVID-19 pandemic on teaching and learning activities at MI At-Taqwa Bondowoso. Sample size is based on attainment of depth and richness of description. According to Guetterman, sample size is not a matter of representative opinion and views, but rather a matter of information wealth. The results of this study were that the researchers found several problems and obstacles experienced by students and class teachers in online teaching and learning activities, including: students were not active in depositing their reading results due to network constraints, no quota, students did not have communication tool or handpohne itself, the enthusiasm of students in learning begins to decline, therefore the goals and targets to be achieved by MI At-Taqwa Bondowoso are like their original ideals, that students are able to read the Koran properly and correctly, including in the form of letters, characteristics Characteristics of letters and proper fashohah experience many obstacles as a result of online learning

    KRITIK ETOS, PANDANGAN DUNIA, DAN SIMBOL-SIMBOL SAKRAL TERHADAP PANDANGAN CLIFFORD GEERTZ

    Get PDF
    Abstrak: Artikel ini membahas Etos, Pandangan Dunia, dan  simbol-simbol Sakral dalam pandangan Clifford Geertz dengan menggunakan metode Kualitatif deskriptif dan pendekatan intepretatif. Kajian tentang pemikiran Geertz ini dilakukan dengan tujuan mendeskripsikan tentang bagaimana Clifford Geertz melihat Etos, Pandangan Dunia dan simbol-simbol yang dipunyai oleh manusia terhadap suatu golongan sehingga menamakannya sebagai simbol-simbol suci yang bersifat normatif serta mempunyai kekuatan yang besar dalam pelaksanaannya. Maka dapat diketahui bahwa  hal itu disebabkan oleh simbol-simbol suci yang bersumber pada etos dan pandangan hidup  merupakan dua unsur paling hakiki bagi eksistensi manusia dan juga karena simbol-simbol suci ini tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan manusia sehari-hari, sebagaimana Geertz menegaskan bahwa agama semata-mata bukanlah sebuah metafisik. Meskipun Geertz adalah seorang ahli antopolog akan tetapi menurut Asad penelitiannya belumlah kompleks karena dari definisi tersebut Geertz hanya menggambarkan bagaimana simbol-simbol suci membentuk pengetahuan dan sikap manusia terhadap hidup. Geertz belum menampakkan bagaimana pengertian simbol-simbol suci yang telah dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman manusia dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu memformulasikan konsepsi-konsepsi mengenai suatu hukum yang berlaku dilingkungan masyarakat sangatlah penting.Abstract: This article discusses the Ethos, WorldView, and Sacred symbols in Clifford Geertz's view using descriptive Qualitative methods and interpretive approaches. This study of Geertz's thinking was conducted to describe how Clifford Geertz saw the Ethos, WorldView, and symbols that man had of a group, thus naming them as normative sacred symbols and having great power in their execution. So it can be known that it is caused by sacred symbols derived from the ethos and view of life are two of the most intrinsic elements for human existence and also because these sacred symbols can not be released in everyday human life, as Geertz asserts that religion is not merely metaphysical. Although Geertz is an anthologist, according to Asad his research has not been complex because of this definition Geertz only describes how sacred symbols shape human knowledge and attitudes towards life. Geertz has not yet revealed how the understanding of sacred symbols has been influenced by human experiences in real life. Therefore formulating conceptions of a law that applies in the community is very important

    HERMENEUTIKA FEMINIS ASGHAR ALI ENGINEER & FAQIHUDDIN

    Get PDF
    Penelitian ini menjelaskan tentang Hermeneutika Feminis Asghar Ali Engineer dan Faqihuddin Abdul Kodir. Penelitian ini menggunakan penelitian pustaka (library research) dengan pendekatan Hermeneutika Gadamer historically effected consciousness dan Fusion of Horizon. Objek penelitian ini adalah hermeneutika pembebasan (Islam dan Teologi Pembebasan) Asghar Ali Engineer dan heremenutika resiprokal (qiro’ah mubadalah) Faqihuddin Abdul Kodir. Sumber sekundernya adalah buku-buku tafsir, feminis, sejarah dan penelitian tentang hermenutika pembebasan dan hermeneutika resiprokal. Tesis ini menjawab tiga permasalahan, mengapa Asghar Ali Engineer dan Faqihuddin Abdul Kodir mengembangkan teks-teks suci keagamaan?, bagaimana aplikasi hermeneutika Asghar Ali Engineer dan Faqihuddin Abdul Kodir terhadap ayat-ayat gender?, bagaimana persamaan dan perbedaan hermeneneutika feminis Asghar Ali Engineer dan Faqihuddin Abdul Kodir? Penelitian ini menemukan, pertama bahwa Engineer dan Faqih melihat adanya permasalahan kehidupan terhadap sebagian perempuan muslim terkait status, posisi, tubuh, bahkan pemikirannya yang masih diperdebatkan, hal ini tidak lepas dari konteks penafsiran sebagian ulama’ klasik yang memposisikan perempuan sebagai kelas kedua. Untuk menghadapi permasalahan ini Engineer mengembangkan suatu metode dalam menafsirkan al-Qur’an yakni hermeneutika pembebasan dan Faqih hermeneutika resiprokal (qiro’ah mubadalah). Kedua, aplikasi hermeneutika feminis terhadap ayat poligami surat an-Nisaa’[4]: 3, Engineer condong kepada usaha memberatkan kebolehan poligami, sedangkan Faqih cenderung tidak membolehkan poligami melihat dampak negatif yang akan terjadi. Selanjutnya hermeneutika feminis terhadap isu perceraian, pandangan Engineer dalam QS. Al-Baqoroh [2]: 237 dan 229 suami dan istri diperbolehkan untuk mengajukan cerai, sedangkan dalam pandangan Faqih dengan mengacu kepada QS. an-Nisaa’ [4]: 130 istri berhak mengajukan cerai apabila seorang suami melakukan nusyuz (durhaka). Ketiga, Engineer dan Faqih memiliki visi yang sama terkait prinsip umum kesetaraan gender dalam Islam dengan mengacu kepada QS. Al-Hujurat [49]:13 dan sejarah Nabi Muhammad membawa misi peradaban Islam. Sedangkan perbedaanya terletak dalam langkah metodik yang digunakan kedua tokoh tersebut dalam menginterpretasikan al-Qur’an, Engineer dalam heremenutika pembebasannya menggunakan tiga langkah metodik, pertama, mengacu pada metode independen, kedua, menolak Ideologi patriakhi, ketiga, Klasifikasi ayat dan hadis feminis. Sedangkan Faqih menggunakan hermeneutika resiprokal (qiroa’ah mubadalah) dengan tiga langkah metodik, pertama, al-mabadi’, Kedua al-qawa’id. Ketiga, al-juz’iyyat
    corecore